Di sudut kota menjelang senja
Memanahkan busur sembari menatap mata nan jauh disana
Adakah tempat untuk menitipkan air mata
Atau hanya sekedar obat pengering luka
Sunyi sepi hanya gemeriak air yang menderu
Merasa kosong padahal ramai bergemuruh
Panggilan akbar terasa sendu
Mencoba menerka ternyata sebuah rindu
Jikalau pilu semakin liar
Bergejolak seperti marahnya sang pendekar
Maka biarkan hati memilih yang benar
Dan pergi bersembah kepada Maha Pendengar