Ketenangan yang Hakiki

Wednesday, January 24, 2018

Merefleksikan setiap hari yang telah dilalui. Terkadang hidup tak sesuai keinginan, kadang dilanda kesedihan yang teramat, kadang pula disuguhi kebahagiaan yang tak ternilai harganya. 
Indah, sungguh indah cerita hidup kita. Berwarna bagaikan lukisan yang terbiasa digambarkan dalam sebuah kanvas yang awalnya putih dan akhirnya menjadi pelangi. 
Merelakan hati ini terbawa kedalam garis-garis perjalan yang sudah Allah gariskan, menanam dan memupuk setiap cerita yang menganggumkan. Sesekali membuat jiwa tercengang kala hati sempat tak bisa menerima dalam sebuah garis perjalanan, tetapi seiring nikmat yang diberikan, kita berhasil membawa hati ini terjaga dalam setiap pilihan yang hampir tiap waktu kita putuskan. 
Kemana arahnya, dimana akan terbawanya setiap kepingan-kepingan yang kita kumpulkan hari ini adalah sesuatu yang tidak bisa kita jawab dengan bibir sendiri, tetapi jawaban selalu tersirat dari yang Maha Penyayang Hati, Allah SWT.

Atas ketenangan hati yang selalu dirasakan nikmatnya setiap hari, tidak ada ketakutan tidak ada keraguan karena jalan dan bimbingan-Mu adalah nyata. Hasil keikhlasan suatu hati membuahkan kebahagiaan yang malah tak terkira indahnya. Biarkan perjalanan ini dilalui dengan rasa kasih yang hakiki, karena sebaik-sebaiknya jalan adalah yang selalu Engkau ridhai prosesnya. Sesungguhnya Engkau yang Maha Mengetahui akan apa yang hambanya rasakan dan inginkan.

mode: level mengeluh diturunkan

Siapa orang yang tiap harinya membuat 'keluhan' menjadi habitat? 
semua yang dihadapi, ketakutannya, kecemasannya, kesedihannya dikeluhkan. tak ayal setiap hari kata "haduuuh" pasti saja terucap. 
me, my self! Pernah sekali mengalami dan ada di tingkat itu, dimana semua yang dihadapi even belum dicoba sudah dikeluhkan duluan. Padahal, setelah dicoba dan dijalani lancar jaya saja.
Waktu muter terus, hidup kalau diisi ngeluh2 yaaa kasian. Tersita waktu kita, padahal bisa untuk mikirin yang lebih buat senang. 
Wajar, manusiawi... rasa2 seperti itu akan datang disaat benar2 diri sendiri mengizinkan untuk datang. Tapi, kalau sedikit saja ditolak makin hari makin bisa berkurang. 
Kadang risih juga mendengar hal2 yang apa saja bisa dikeluhkan, alasannya yang dibuat sendiri dan membenarkan diri sendiri. tapi kita sebagai yang mengeluh atau 'pendengar' belum bisa mengahargai satu sama lain. 
mungkin sang pendengar belum bisa mengerti seberat apa beban si pengeluh tersebut. tetapi, si pengeluh juga harus lebih mengerti karna hawa-hawa mengeluh itu tidak boleh disebarkan, efeknya bisa kena ke orang lain bahkan sang pendengar terdekat dia. 
cara terjitu adalah berusaha mengurangi sikap tersebut. mungkin yang biasanya ngeluh 100x sehari, terus berkurang jadi cuma 95x sehari, repeated everyday, its gonna be work dan manjur sekali. buat resolusi diri sendiri yang gampang2 dulu, asal komitmen. Yang kecil-kecil biar membukit. im still working on it! Semoga hasilnya bisa bikin hati lega, jalanin hidup lebih tenang, target sedikit demi sedikit terealisasi. Aamiin

Waktu itu jalan terus, sudah ngapain aja?

Umur sudah mengijak dua puluhan sekian, entah bisa dibilang semakin berkurang atau bertambah. Silahkan mengartikan sendiri
Yang lebih penting adalah, sudah selama ini hidup, apakah sudah memanfaatkan waktu hidup dengan baik atau belum? 
Mudah saja kalau melihat penunjuk arah yang akan 100% benar . Yaitu ikut saja perintah-perintah-Nya, terus ngejauhin larangannya. 
Namun, apa kita sudah mampu sepenuhnya seperti itu? Tinggal kembali tanya diri sendiri....

Mungkin saja sudah banyak hal-hal yang terlewati, mungkin belum sempat terwujud. 
Mungkin kita pernah bermimpi tapi alhasil hampir putus asa
Atau mungkin kita sudah keras berusaha tetapi mundur dipertengahan jalan

Tetapi... waktu tetap berjalan, sejauh apapun waktu meninggalkan kita apabila hanya duduk terdiam kita. Ludeslah sudah tertinggal jauh kita. 
Disaat kita tertidur lelap, banyak sekali orang diluar sana memanfaatkan waktunya untuk berbenah diri. 
Disaat kita mengeluhkan segala sesuatu yang dirasa kurang, padahal orang diluar sana sedang mensyukuri apa-apa yang mereka punya. 

Kadang seolah-olah kita mikir bakal hidup bahagia terus, hidup panjang umur dan sehat terus. Makannya tak jarang kira menyia-nyiakan waktu yang dipunya, seperti menunda-nunda hal yang sebetulnya adalah kewajiban, mengeluhkan segala sesuatu hal yang membuat diri kita susah, mengomentari orang seolah-olah diri kita adalah yang paling benar.
Padahal kitapun gatau berapa lama kita hidup di dunia, padahal ada yang Maha Mempunyai apa yang kita miliki hari ini. Bisa saja besok, hari ini, detik ini bahkan waktu kapanpun bisa saja datang demi merenggut apa yang sebenarnya bukan milik kita.
Sebaik-baiknya manusia hidup adalah saat diri kita sendiri bisa mikir kalau hidup di dunia cuma sementara, semua yang dipunya cuma titipan, dan kita harus siap kapanpun saatnya semua yang kita punya diambil.
Maka hiduplah beribadahlah untuk duniamu seolah-olah kita akan hidup selamanya 
Dan beribadahlah beramalah untuk akhiratmu seakan-akan kita akan mati besok.

Sosialis perlu, Individualis juga perlu

Kita hidup di zaman yang saling ketergantungan. Gak bisa tuh hidup sendirian. Mahluk sosial bos! Semua saling membutuhkan dan melengkapi. Maka itu, sejak kecil orangtua kita mengajarkan untuk bisa sharing hal-hal kecil, mungkin kayak sharing mainan sama temen sendiri atau berbagi bekal makanan saat disekolah.

Lain hal nya makin sini, bukan karena kita mahluk sosial jadi apa2 kudu bergantung sama oranglain. Gak gitu juga menurutku, semua pasti dibuat ada porsi nya ada waktunya kapan kita kudu sendirian kapan kita kudu berbaur.  Orang juga kali risih kita deketin mulu, atau orang juga risih kita jauhin mulu. Sewajarnya aja sih, harus tau waktu gimana ngendaliin idup dengan bener. Misal kapan kudu sendiri kapan kudu diskusi sama oranglain. Sendiri bukan berarti 100% sendiri loh.  Punya Allah tau. Rindu kali Dia diajak cerita sama kita, padahal yang Maha Tahu isi hati kita, apa yang kita mau dan apa solusinya itu yg ngasih ya Allah.
Tapi kenapa kita selalu takut kalau sendirian, dijauhi oleh orang lain, atau kurang sepaham dengan orang lain. Kadang you have to choose orang-orang yang bisa bawa kamu ke arah yang lebih baik. Berkawan boleh dengan siapa saja dan dengan orang tipe apa saja, petik yang baiknya dan buang yang buruknya. Karena yakin setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, jangan mandang sebelah mata. Hanya saja, cuma orang-orang yang sama dengan visimu lah yang patut dipertahankan. 

Balik lagi, independen itu kadang perlu biar kita punya komitmen dan pendirian yang baik. Gaperlu lah segala-gala nya diceritakan ke oranglain, gaperlu juga lah ngepoin orang lain terlalu dalam sampe-sampe buka privasinya, apalagi kalau udah sok tau kejelekan orang lain terus diledekin sampe abis. Mungkin bukan zamannya lagi harus seperti itu  

Untuk mutusin segala sesuatu juga kadang yang paling bener adalah hati kita sendiri, dan di akhirat juga kita ditanya sama malaikat cuma sendirian, kita yang ngasih pertanggungjawaban. Oranglain hanya membantu meringankan segalanya dengan doa-doa mereka, itu kenapa nomor satu percayain diri sendiri dan perbaiki diri sendiri dulu baru percaya dan baik ke oranglain.  Yakin kalau tiap manusia bisa mikirin diri sendiri dengan baik sama hal nya mereka memperdulikan orang sekitarnya dengan baik, pasti dunia ini tentram dan kita siap saling mendoakan untuk samasama menuju Jannah. 

Allah juga sudah bilang: 
"Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan telah kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di hadirat Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [QS. Al-Hujarat: 13]. 
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual, makhluk relegius, dan makhluk sosial. 
"Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi, sebagai makhluk relegi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan kekuatan di luarnya [Allah], adanya hubungan yang bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang lainnya"

Jika Tuhan menciptakan kita berbeda, pasti ada maksud dan tujuannya. Yaitu untuk saling melengkapi, mengayomi, menyayangi, dan mengasihi. Sama halnya Tuhan mempercayakan hambanya untuk berpegang teguh pula atas kebenarannya yang ia yakini. Semoga kita bisa menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan umat. Aamiin

Nulis Pertama di 2018

Tahun Baru
Ya tahun ini adalah tahun yang baru, tahun dimana penuh banyak pengharapan dan di tahun ini pula ada beberapa perspektif berbeda yang muncul dalam segala hal.
Bagiku, tahun ini adalah tahun yang berbeda. Tepat ditanggal 1 Januari 2018, atau lebih tepatnya h-1 awal tahun 2018 adalah hal yang nampaknya terlihat biasa tetapi penuh kekuatan untuk memperbaiki diri. 
Biasanya tahun baru identik dengan merayakan awal yang baru bersama orang-orang terdekat dan bisa pula sambil merayakannya dengan membakar kembang api dan bakar-bakar banyak makanan. Tapi tahun ini berbeda, saat itu ditengah ramai nya manusia diluar sana, hati otak dan pikiran menuju ke suatu perspektif berbeda. Bahwa tidak ada kemewahan dan kemeriahan tahun baru, ini hanya sama seperti hari-hari sebelumnya. Tidak perlu melebih-lebihkan sesuatu yang tak semestinya. 
Disisi lain, aku terkagum kepada banyak manusia yang membuka pintu pengharapannya dan menjadikan awal yang baru sebagai suatu usaha memperbaiki diri ke arah yang tentunya lebih baik. Pada saat itulah aku berfikir untuk beralih atau mengalihkan pandanganku ke posisi yang kedua, bahwa tidak perlu ada kemeriahan tetapi selalu meningkatkan pengharapan.
Pengharapan bukan sekedar harapan yang diucapkan saja, tetapi sedikit realistis dan tidak terlalu dramatis. Senang rasanya bisa mempunyai beberapa perspektif yang baru, yang tentunya bisa membuat kita menjadi lebih semangat menjalan hidup. Disitulah momen dimana bisa berangan lebih kencang dengan mengobarkan semangat usaha yang lebih kuat. Mulai membuat wishlist yang tak disangka malah bisa terealisasikan diwaktu yang tak terduga. Pelan, perlahan segala doa dan harapan didengar oleh yang Maha Kuasa.
Membuat suatu keputusan-keputusan yang sedikit berat, tetapi demi keadaan yang lebih baik. Membuat harapan-harapan baru yang mungkin bisa membuat kita merasa berjalan dengan peta yang benar kedepan sana. 

....

Selain ada momen harapan, kukaitkan juga suatu momen pengsyukuran. Segala sesuatu yang telah dilalui memang tak selama nya membahagiakan, tapi ada juga yang luar biasa membuat bahagia. Maka itu, bersyukur adalah cara yang tepat disaat kita bisa berada di waktu ini. Atas masa lalulah kita berada sekarang, atas masa lalu pulalah kita belajar. Ketenangan hati, kebahagiaan diri, kesedihan hati, bahkan kekhawatiran nurani telah ada mengisi hari-hari kita saat itu. Sebagai suatu pencapaian atas hal-hal baru, maka bersyukur adalah cara yang pantas untuk membalas segalanya. Sadar bahwa tanpa hal-hal baru itu, kita tidak akan bisa belajar menjadi lebih baik. Selalu ada hikmah dalam setiap momen yang dilalui, maka selalu bersyukur pula lah menjadi kunci agar tidak pernah lelah menjalani hari.

...

Apapun momen pertama 2018mu, bagaimana caramu merayakannya atau bahkan tidak merayakannya, dan harapan serta resolusi apa yang sudah dibuat, semoga selalu membuat diri kita menjadi lebih baik kedepannya, Tentunya dengan segala pengharapan di tahun ini semoga banyak kejutan-kejutan lain yang dikirim Tuhan, jangan lupa selalu didampingi dengan doa yang tajam dan usaha yang kuat. Dan jangan lupa juga untuk selalu bersyukur dalam setiap kondisi yang ada! :) 
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS